Kamis, 05 Desember 2019

cacing tanah

1
entah. apa yang terjadi di dunia tak sepenuhnya dalam kendali manusia. meski begitu, manusia sering dianggap sebagai tokoh paling penting yang mempengaruhi akan seperti apa wajah dunia nantinya.
orang timur selalu merindukan matahari terbit, orang-orang barat selalu merindukan matahari tenggelam. kiasan itu menggambarkan betapa orang-orang timur begitu mencintai sejarah leluhurnya, berusaha memegang teguh adat istiadat dan tradisi, dan tentu saja menceritakan secara berulang kejayaan-kejayaan yang pernah terjadi di masa lalu yang secara utopis terkadang berlebihan, hingga seolah tak menyediakan ruang bagi kejayaan generasi baru, karena apapun pencapaian para generasi baru tak lain hanya akan dianggap sebagai ulangan pencapaian yang pernah diraih para leluhur.
bagi setiap pribadi yang suka menyendiri, segala sesuatu tampak membawa pesan. seorang pemancing ikan baru saja mencabik tubuh seekor cacing tanah, mengaitkan tubuh yang terkoyak itu ke kail, dan melemparkannya ke tengah arus sungai yang nampak tenang permukaannya. setelah berjam-jam menunggu, seekor ikan memangsa umpannya. cacing yang nampaknya bisa memberi si ikan tambahan umur, ternyata hanya jebakan! mulut ikan itu hampir robek ketika dia berusaha melepaskan diri. berangsur-angsur tenaganya habis. meski melawan hanya akan membuahkan kesia-siaan, ikan itu tetap melakukannya. sebelum matahari tepat di atas kepala, tubuhnya telah terpisah dari habitatnya. ikan itu terlihat lemas, nafasnya tersengal, dan akhirnya benar-benar kehabisan tenaga.
tiga kali si pemancing berpindah tempat untuk menemukan peruntungan yang diharapkan. tetapi, hari itu dia tak terlalu mujur. hanya seekor ikan yang bisa dibawa pulang. melewati area persawahan, matanya menyasar hamparan sawah yang dipagari pematang. hujan menjadikan sebagian besar area persawahan tergenang air. tak lama lagi para petani akan mengolah lahan dan menanaminya dengan benih padi. air dan cangkul tentu tak cukup untuk menggemburkan tanah. di kedalamannya, cacing-cacing tanah sangat membantu para petani untuk mendapatkan hasil terbaik di masa panen nanti.
beberapa bulan belakangan, para petani agak merasa cemas dengan nasibnya. kabar tentang pengembangan perkotaan menjadikan mereka berada di simpang jalan yang membimbangkan. dari kabar yang berkembang, area persawahan itu akan dijadikan sebagai lokasi pembangunan pabrik. pemerintah setempat berusaha menjembatani kepentingan pemilik pabrik dengan pemilik lahan dengan perjanjian bahwa jika para petani merelakan sawahnya untuk dibeli dan didirikan pabrik, mereka akan dipekerjakan sebagai karyawan, dan tidak perlu mengais rejeki di bawah terik matahari lagi. selain nilai jual tanah yang akan diterima, gaji yang lumayan tinggi menjadi daya tarik karena dipercaya dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka. semua penjelasan seakan masuk akal, hingga masa yang tidak mereka perkirakan sebelumnya itu suatu saat akan tiba untuk menyadarkan mereka. lebih baik menjadi raja semut daripada pasukan gajah, dan jangan pernah memilih untuk hidup sebagai cacing tanah. sebab hasil pekerjaan cacing tak akan pernah dianggap, dan mereka hanya akan dijadikan sebagai tumbal untuk memancing ikan yang jauh lebih besar!